Yulius Ternyata Selamat Sampai Pontianak Ditangisi Keluarga Dikira Jatuh Bersama Sriwijaya Air

Dikira menjadi korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182, Paulus Yulius Kollo (24) sampai di Pontianak dengan selamat. Ternyata pria asal Kupang, NTT tersebut batal naik pesawat yang nahas tersebut. Padahal keluarganya sudah menangisinya.

Yulius kemudian menceritakan pengalaman yang ia alami sebagai calon penumpang dari hilang kontak pesawat Sriwijaya Air, Selasa 12 Januari 2021. Yulius mengatakan sudah mendengar kabar tentang pesawat hilang kontak tersebut dari pelabuhan, masih dekat dengan kapal laut. Mendapat kabar dari bos dan keluarga, bahwa terjadi musibah pesawat hilang kontak pada tanggal 9 Januari 2021.

"Keluarga sempat khawatir dengan adanya kejadian tersebut. Waktu kami membatalkan tiket penerbangan tidak memberikan informasi kepada pihak maskapai Sriwijaya Air. Setahu orang orang kami menaiki pesawat padahal kami sudah beralih menggunakan kapal laut.

Jadi, tiket kami juga aktif di pihak maskapai Sriwijaya Air," tutur Yulius. Kemudian, orang tuanya menunggu kabar dari tanggal 9 malam sampai tanggal 10 pagi karena nama Yulius paling atas di daftar manifest. Setelah sampai di dekat pelabuhan, ia mencoba menghubungi orang tua dan keluarganya.

"Orang tua saya menangis, mengira bahwa saya sudah kenapa kenapa. Semua jalan Tuhan saya bisa selamat dan memang nasib saya beserta teman saya," tambahnya. Selain itu, jika Yulius memang memaksakan untuk tes Swab PCR, ia tidak tahu lagi akan duduk disini lagi atau sudah di tempat yang lain," pungkasnya. Semantara nasib malang kakak beradik Faisal Rahman dan Asyhabul Yamin dua kakak beradik yang menjadi korban Sriwijaya Air SJ 182 pada Sabtu (9/1/2021).

Sebenarnya mereka adalah penumpang Nam Air, namun karena ada masalah teknis, penerbangan keduanya dipindah ke Sriwijaya Air. Faisal Rahman, YouTuber asal Sintang, Kalbar, terdaftar dalam manifest pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan kepulauan seribu, pada 9 Januari 2021. Pria berusia 30 tahun bersama dengan saudara kandungnya, Asyhabul Yamin.

Dua saudara kandung ini tercatat dalam manifest nomor 40 dan 41. Mereka merupakan warga Jalan MT. Haryono, Kelurahan Kapuas Kanan Hulu, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Kalbar. Keduanya merupakan putra dari pasangan Masrizal dan Mariyati. Faisal anak bungsu, sementara Asyabul Yamin, anak sulung. Jajaran Polres Sintang, mengonfirmasi keduanya merupakan warga Kabupaten Sintang.

Budi Kurniawan, kerabat dekat Faisal dan Asyhabul mengungkapkan, awalnya sahabat karibnya sejak kecil itu bukan penumpang Sriwijaya Air SJ 182, melainkan penumpang pesawat Nam Air. Seharusnya, Faisal dan Asyhabul berangkat dari Jakarta ke Pontianak pada 9 Januari 2021, pukul 07.00 WIB pagi dengan pesawat Nam Air. "Ceritanya seharusnya mereka berangkat jam 7 pagi tanggal 9 pakai pesawat Nam Air," ungkap Budi.

Informasi ini diperoleh Budi dari istri Asyahabul Yamin. Hari itu, sekitar pukul 10.00 WIB, istrinya menerima telepon dari suaminya perihal penundaan keberangkatan. "(Kata suaminya) pihak maskapai yang memberitahukan bahwa keberangkatan jadi, cuma delay sampai jam 13.00 wib siang. Lalu, pesawatnya dialihkan ke Sriwijaya Air,"

Pesawat Sriwijaya Air Sj 182 dijadwalkan terbang pada pukul 13.25 WIB. Namun, pesawat ternyata baru lepas landas pada 14.36 WIB. Alasan terjadi delay pada pesawat ini karena saat akan take off pukul 13.25 WIB terjadi hujan deras. Posisi terakhir pesawat diketahui berada di atas Kepulauan Seribu.

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menyebut jika pesawat pada pukul 14.37 WIB masih berada di ketinggian 1.700 kaki dan diizinkan naik ke 29.000 kaki dengan mengikuti standar instrumen. Pesawat lalu dinyatakan hilang kontak pada 14.40 WIB. Pesawat terakhir terlihat di ketinggian 250 kaki. Pesawat tersebut jatuh di perairan sekitar Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Pesawat Boeing 737 500 Sriwiyaja Air memuat 62 orang dengan kru pesawat 6 orang. Rinciannya: 40 dewasa,7 anak anak, 3 Bayi. Faisal memiliki akun IG @Classics_fay, diikuti lebih dari 19 ribu followers. Dalam profilnya, Fay memiliki usaha penjualan pakaian bernama Toko Cahaya Busana. Faisal juga menuliskan dirinya sebagai produser music, pianis dan gitaris.

Karyanya bisa dilihat di akun Youtubenya Dunia Malam TV (DM.TV). Dalam karyanya, Fay mencantumkan dirinya sebagai pengisi suara, music dan sound serta legal content. Dalam unggahan di Instagram, Fay banyak menampilkan kepiawaian dalam memainkan alat music dan olah vocal.

Sejak namanya masuk dalam manifest pesawat Sriwijaya Air yang mengalami kecelakaan, postingan Fay di Instagram maupun konten youtubenya dibanjiri doa dari para warganet. Budi menyebut, Faisal pernah mengenyam pendidikan di MIN Sintang. Setelahnya, dia banyak menempuh pendidikan di Yogyakarta dan Jakarta. Terakhir lulus di Binus University, jurusan Ilmu Kumputer 2007 2013.

Di laman Facebook Binus University, Ikatan Keluarga Alumni Bina Nusantara (IKABINUS) turut mengucapkan duka mendalam terhadap Faisal dalam kecelakaan pesawat Sriwijaya Air. Meski tidak ada hubungan darah, bagi Budi, Fay sudah dianggap seperti adik sendiri. Dia mengenalnya sejak kecil. “Kami (berbicara) mewakili pihak keluarga, harapan kami tidak banyak.

Andai kata sudah tidak selamat, minimal jasadnya ada. Itu harapan kami. Kami pun di sini, cuma bisa berharap ada mukjijzat, selamat itu harapan terbesar kita,” kata Budi. Faisal dan Asyhabul berangkat dari Sintang ke Jakarta sebelum Natal 2020, lalu.

Keduanya disebut rutin ke Jakarta untuk berbelanja pakaian dalam jumlah besar. Baik Faisal dan Asyhabul, keduanya diberikan kepercayaan oleh orangtuanya mengelola bisnis pakaian. Nama tokonya Cahaya Busana Sintang.

“Ke Jakarta karena memang aktivitas keluarga ini kan pebisnis jual beli pakaian,” kata Budi Kurniawan, kerabat dekatnya. Asyhabul Yamin, sudah mengelola Toko Cahaya Busana sejak tahun 2010. Sementara adiknya, Faisal Yamin, baru beberapa bulan terakhir dipercaya ibunya, Mariati meneruskan bisnis keluarga.

Kepergian Faisal ke Jakarta bersama Asyhabul merupakan kali pertama dalam rangka belajar belanja pakaian untuk bisnis keluarga. “Situasi seperti sekarang, bisnis keluarga dilimpahkan kepada anaknya, terutama yang tua. Asyhabul diminta mengajar dan mendidik adiknya cara belanja pakaian dan segala macam, karena orangtuanya pun mau mengalihkan itu semua ke anaknya.

Sebelum natal sudah di sana (Jakarta), memang aktivitas mereka sering ke Jakarta Pontianak, kadang sebulan di sini, terus ke Jakarta,” cerita Budi.

Related Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *